Isra Mi’raj

 

  1. Peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad s.a.w. yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun kesebelas dari masa kenabian beliau, merupakan peristiwa penting yang selalu dirayakan setiap tahun oleh seluruh umat Islam.Dikatakan penting kerana peristiwa bersejarah tersebut merupakan sebuah peristiwa luar biasa, sebuah mukjizat dari Allah S.W.T bagi Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dilakukan oleh rasul dan nabi sebelumnya. Hanya Nabi Muhammad s.a.w. sajalah yang diberikan anugerah dan kehormatan oleh Allah S.W.T untuk melakukannya sebagai petanda betapa tingginya penghargaan Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad s.a.w.
  2. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Adapun peristiwa peristiwa pada saat Isra diantaranya :

 

a.   Pembedahan kedua sesudah kenabian

 

Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Aku didatangi mereka (malaikat), kemudian mengajakku ke Sumur Zam Zam. Lalu dadaku dibedah, kemudian dibasuh dengan Air Zam Zam. Lalu aku dikembalikan.”

 

    HR Muslim (162.2), Kitab Iman, Bab Isra Rasulullah ke Langit dan Kewajiban Shalat.

 

b.   Beliau SAW melihat gambaran para nabi dan umatnya

 

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Ketika Nabi SAW diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak merangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: “Kami adalah mereka itu tadi”. Dan ada pula yang berkata: “Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitrah dan Islam”. Kemudian Nabi SAW keluar, lalu bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?” Beliau menjawab: “Kamu telah didahului oleh Ukasyah (dalam bertanya demikian).”

 

    HR at-Tirmidzi (2446). Beliau berkata: “Ini adalah hadits hasan shahih”.

 

Dalam hadits ini terdapat tambahan seorang sahabat lagi yang mendapat kabar gembira akan masuk surga, yaitu Ukasyah bin Mihshan.

 

c.   Beliau SAW bertemu beberapa kelompok malaikat dan mereka berwasiat sama untuk umat beliau

 

Dia (Anas) berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam.”

 

    HR Ibnu Majah (3479), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Disahkan al-Albani dalam Shahih al-Jami` (II: 5671), dan Takhrij al-Misykat (4544).

 

Dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: “Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali tiap mereka berkata kepadaku: Wajib bagimu wahai Muhammad untuk berbekam.”

 

    HR Ibnu Majah (3477), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah (V: 2263) dan Shahih al-Jami` (II: 5672).

 

d.   Beliau SAW bertemu Nabi Ibrahim yang berwasiat untuk umat beliau

 

Dari Ibnu Mas’ud, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Aku bertemu Ibrahim pada malam aku diisra’kan. Iapun bertanya: “Wahai Muhammad, suruhlah umatmu mengucapkan salam kepadaku, dan kabarkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya surga subur tanahnya, manis airnya, dan terhampar luas. Dan bahwasanya tanamannya adalah (ucapan dzikir) Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar.”

 

    HR at-Tirmidzi (3462), Kitab Doa-Doa dari Rasulullah, Bab Dalil tentang Keutamaan Tasbih, Takbir, Tahlil, dan Tahmid. Beliau berkata: Ini adalah hadits hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Mas’ud. Dihasankan al-Albani dalam ash-Shahihah (I:105) dengan dua syahid (penguat) dari hadits Ibnu ‘Umar dan hadits Abu Ayyub al-Anshari.

 

e.   Beliau SAW mengimami shalat jama’ah para nabi di Masjid Al-Aqsha

 

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : “….. Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama’ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu’ah. Dan ada pula ‘Isa bin Maryam alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim ‘alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata (Jibril): “Wahai Muhammad, ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya!” Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam.

 

    HR Muslim (172).

 

f.    Beliau SAW melihat Nabi Musa, Nabi Isa, Dajjal, dan Malaikat Malik

 

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: “Pada malam aku diisra’kan aku melewati Musa di gundukan tanah merah ketika dia sedang shalat di dalam kuburnya.”

 

    HR Muslim (2375), Kitab Keutamaan-Keutamaan, Bab Sebagian Keutamaan Musa.

 

Dari Abu al-‘Aliyah: Telah mengisahi kami sepupu Nabi kalian, yaitu Ibnu ‘Abbas radhiya`llahu ‘anhuma, dari Nabi SAW, beliau telah bersabda: “Pada malam aku diisra’kan aku telah melihat Musa, seorang lelaki berkulit sawo matang, tinggi kekar, seakan-akan dia adalah lelaki Suku Syanu’ah. Dan aku telah melihat ‘Isa, seorang lelaki bertinggi sedang, berambut lurus. Dan aku juga telah melihat Malaikat Penjaga Neraka dan Dajjal” termasuk ayat yang telah diperlihatkan Allah kepada beliau. {maka janganlah kamu ragu tentang pertemuan dengannya (yaitu Musa) (as-Sajdah, 32: 23)}.

 

Dari Anas dan Abu Bakrah, dari Nabi SAW: “Malaikat-malaikat kota Madinah berjaga-jaga dari Dajjal.”

 

    HR al-Bukhari (3239), Kitab Permulaaan Penciptaan, Bab Penyebutan Malaikat.

 

g.   Disodorkan kepada beliau SAW dua gelas minuman

 

Abu Hurairah telah berkata: Pada malam beliau diisra`kan, disodorkan kepada Rasulullah SAW dua gelas minuman: khamr (minuman keras) dan susu. Beliaupun melihat keduanya, lalu mengambil susu. Jibril berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki engkau kepada fitrah. Seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu.”

 

    HR al-Bukhari (4709), Kitab Tafsir al-Qur’an, Bab Firmannya {yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram (al-Isra’, 17: 1)}.

 

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika aku diisra`kan, aku bertemu Musa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Dia adalah lelaki, aku mengira beliau bersabda: Kurus, agak tinggi. Rambutnya ikal, seakan-akan dari suku Syanu’ah. Beliau bersabda: Dan aku bertemu ‘Isa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Beliau bersabda: Tingginya sedang, berkulit kemerahan, seperti baru keluar dari Dimas, yaitu pemandian. Dan aku telah melihat Ibrahim. Beliau bersabda: Dan aku adalah keturunannya yang paling mirip dengannya. Beliau bersabda: Dan disodorkan kepadaku dua gelas minuman. Salah satunya susu, dan yang lain khamr. Kemudian dikatakan kepadaku: Ambillah yang mana dari keduanya yang engkau kehendaki! Akupun mengambil susu, kemudian meminumnya. Lalu dikatakan kepadaku: “Engkau telah ditunjuki kepada fitrah” atau “Engkau telah menepati fitrah. Adapun sungguh seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu.”

 

    HR at-Tirmidzi (3130), Kitab Tafsir al-Qur`an dari Rasulullah, Bab Dan Dari Surah Bani Isra`il. Beliau berkata: “Ini adalah hadits hasan shahih.”

 

  1. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Adapun Peristiwa peristiwa ketika Mi’raj diantaranya :

 

a.   Beliau SAW melihat suatu kaum yang mencakari wajah dan dada mereka sendiri

 

Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika aku dimi’rajkan [Tuhanku yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi], aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah-wajah dan dada-dada mereka. Aku bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Ia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan menumpuk-numpuk harta.”

 

    HR Abu Dawud (4878), Kitab Adab, Bab Tentang Ghibah. Menurut al-Albani hadits ini shahih lighairih dalam ash-Shahihah (II: 533) dan Shahih at-Targhib (III: 2839). Sebelumnya dalam Takhrij al-Misykat (III: 5046) beliau belum menetapkan derajatnya.

 

b.   Peristiwa di Surga

 

Dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau telah bersabda: Ketika aku jalan-jalan di Surga, aku mendekati sungai yang di kedua bantarannya terdapat kubah-kubah dari rangkaian mutiara. Aku bertanya: “Apa ini wahai Jibril?” Ia menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu.” Maka ingatlah (ketahuilah) oleh kalian bahwa tanahnya atau debunya adalah kesturi yang harum semerbak.

 

    HR al-Bukhari (6581), Kitab Kelembutan Hati, Bab Tentang al-Kautsar.

 

c.   Peristiwa di Sidratul Muntaha

 

d.   Beliau SAW melihat bentuk asli Malaikat Jibril

 

Asy-Syaibani berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla {maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (an-Najm, 53: 9)}. Dia menjawab: “Telah mengabariku Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi SAW telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia memiliki enam ratus sayap.”

 

    HR Muslim (174), Kitab Iman, Bab tentang Penyebutan Sidratul Muntaha.

 

e.   Beliau SAW melihat Cahaya Tuhannya

 

Dari Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah paduka melihat Tuhan paduka?”. Beliau menjawab: “Cahaya. Bahwasanya aku melihat-Nya (demikian).”

 

    HR Muslim (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya “Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya” dan Tentang Sabdanya “Aku telah melihat cahaya”.

 

Dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: ‘Seandainya aku melihat Rasulullah SAW, pasti aku akan menanyainya.’ Lantas dia berkata: “Tentang sesuatu apa?” Aku akan menanyainya: “Apakah baginda melihat Tuhan baginda?” Abu Dzar berkata: “Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: ‘Aku telah melihat cahaya’.”

 

    HR Muslim (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya “Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya” dan Tentang Sabdanya “Aku telah melihat cahaya”.

 

f.    Beliau SAW diberi tiga hal, diantaranya adalah shalat lima waktu

 

Dari ‘Abdullah bin ‘Ushm Abu ‘Ulwan, dari Ibnu ‘Abbas, ia telah berkata: “Nabi kalian SAW diperintah lima puluh kali shalat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar menjadikannya lima kali shalat.”

 

    HR Ibnu Majah (1400), Kitab Mendirikan Shalat dan Sunnah-Sunnah di Dalamnya, Bab Dalil tentang Kewajiban Shalat Lima Waktu dan (Kewajiban) Menjaganya.

 

Menurut riwayat Imam Ahmad: Dari Abu ‘Ulwan, ia telah berkata: Aku telah mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Diwajibkan atas Nabi kalian SAW lima puluh kali shalat (sehari semalam), kemudian beliau meminta Tuhannya. Maka Dia menjadikannya lima kali (shalat).”

 

    HR Ahmad (2739). Menurut al-Albani, sanad hadits Ibnu ‘Abbas ini hasan lighairih.

 

Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia telah berkata: “Ketika Rasulullah SAW diisra’kan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha yang berada di langit keenam. Ke sanalah berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana.”

 

Ia berkata: {Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (an-Najm, 53: 16)}. Ia berkata: “yaitu dengan permadani emas”

 

Ia berkata: “Kemudian Rasulullah SAW diberi tiga hal. Diberi shalat lima waktu dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.”

 

    HR Muslim (173), Kitab Iman, Bab tentang Penyebutan Sidratul Muntaha.

 

  1.  Ada beberapa peristiwa sepulangnya dari Isra Mi’raj Nabi diantaranya :

 

  1. Isra Mi’raj merupakan ujian keimanan bagi manusia

 

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tentang firman-Nya Ta’ala: “Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia” (al-Isra’, 17: 60). Ia berkata: Itu adalah dengan mata yang telah dilihat Rasulullah SAW pada malam beliau diisra’kan ke Bait al-Maqdis. Ia berkata: “dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur’an”, ia berkata: Itu adalah Pohon Zaqqum.

 

    HR al-Bukhari (3888), Kitab Manaqib, Bab Mi’raj.

 

  1. Beliau SAW menceritakan Isra Mi’raj dan melihat gambaran Baitul Maqdis

 

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika malam aku diisra’kan dan subuhnya aku telah sampai di Makkah, aku mengkhawatirkan urusanku, dan aku tahu bahwasanya manusia akan mendustakanku. Kemudian aku duduk bersedih hati.

 

Ia Ibnu Abbas) berkata: Kemudian melintaslah musuh Allah, Abu Jahl. Dia datang sehingga duduk di dekat beliau, kemudian berkata kepada beliau: Kamu tampak bersedih, apakah ada sesuatu? Rasulullah SAW pun menjawab: Ya. Dia berkata: Apa itu? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku diisra’kan malam tadi. Dia berkata: Ke mana? Beliau menjawab: Ke Bait al-Maqdis. Dia bertanya: Kemudian engkau subuh sudah ada di hadapan kami (di Makkah ini)? Beliau jawab: Ya. Ia berkata: Namun dia tidak menampakkan sikap bahwa dia mendustakannya karena takut beliau tidak mau menceritakan hal itu lagi jika kaumnya dipanggilkannya. Dia berkata: Tahukah engkau, jika engkau hendak mendakwahi kaummu, kau harus kisahi mereka apa yang barusan kau ceritakan padaku. Rasulullah SAW pun menjawab: Ya.

 

Kemudian dia berseru: Kemarilah wahai penduduk Bani Ka’ab bin Lu`ai! Lalu mereka berkumpul kepadanya datang sampai duduk mengelilingi keduanya. Dia berkata: Kisahi kaummu apa yang telah engkau kisahkan kepadaku. Rasulullah SAW pun berkata: Sesungguhnya malam tadi aku diisra’kan. Mereka bertanya: Ke mana? Kujawab: Ke Bait al-Maqdis. Mereka bertanya: Kemudian subuh engkau berada di depan kami. Beliau menjawab: Ya.

 

Ia (Ibnu Abbas) berkata: Maka ada yang bersorak dan ada yang meletakkan tangannya di atas kepala heran atas kebohongan itu (menurut mereka). Mereka berkata: Dan apakah engkau dapat menyifatkan kepada kami masjid itu? Dan di antara penduduk ada yang pernah pergi ke negeri itu dan pernah melihat masjid itu. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Maka aku mulai menyebutkan ciri-cirinya dan tidaklah aku berhenti menyifatkan sehingga aku lupa beberapa cirinya.” Beliau bersabda: “Lantas didatangkanlah masjid sampai diletakkan tanpa kesamaran sehingga aku dapat melihat(nya). Maka aku menyifatkannya dengan melihat hal itu.”

 

Ia berkata: Dan sampai ini, ada sifat yang tidak aku hafal.

 

Ia berkata: Kemudian ada kaum yang berkata: “Adapun sifat tersebut, demi Allah, ia benar.”

 

    HR Ahmad (2680). Disahkan al-Albani dalam ash-Shahihah (VII: 3021).

 

Hasan dan Abu Zaid telah berkata: Abdu`sh Shamad telah berkata: Telah mengisahi kami Hilal, dari Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, ia telah berkata: Nabi SAW diisra’kan ke Bait al-Maqdis. Kemudian sekembalinya dari malamnya itu, beliaupun mengisahi mereka (umat manusia) mengenai perjalanannya, ciri-ciri Bait al-Maqdis dan unta-unta mereka. Maka saling berbincanglah (gemparlah) manusia.

 

Hasan berkata: Kami membenarkan Muhammad terhadap apa yang diucapkannnya. Lalu banyak orang yang kembali kafir. Kemudian Allah menebas leher-leher mereka bersama-sama dengan Abu Jahal (ketika Perang Badar). Dan Abu Jahal berkata: “Muhammad menakut-nakuti kita dengan Pohon Zaqqum (terlaknat). Bawalah kemari kurma dan mentega, kemudian laknatlah ia.” Dan beliau telah melihat Dajjal dalam bentuknya dengan mata kepala, bukan ketika mimpi saat tidur; ‘Isa, Musa, dan Ibrahim semoga shalawat Allah atas mereka. Kemudian Nabi SAW ditanya tentang (ciri-ciri) Dajjal. Beliaupun menjawab: “Tinggi dan besar.”

 

Hasan berkata: Beliau berkata: “Aku melihatnya berkulit putih, tinggi besar. Salah satu matanya juling seperti bintang yang bersinar. Rambut kepalanya seperti ranting-ranting pohon. Dan aku melihat ‘Isa sebagai pemuda berkulit putih, kepalanya tegak, bermata tajam, bertubuh bagus. Dan aku melihat Musa (yang) kekar, berkulit sawo matang, (dan) berambut lebat.”

 

Hasan berkata (melanjutkan riwayat marfu’ tadi): “Rambutnya indah. Dan aku melihat Ibrahim, maka aku tidak melihat salah satu cirinya kecuali aku melihatnya ada pada diriku. Seakan-akan dia adalah sahabat kalian ini (yaitu Rasulullah sendiri). Kemudian Jibril ‘alaihi`s salam berkata: “Berilah salam kepada Malik (malaikat penjaga neraka)”, maka aku mengucapkan salam kepadanya.”

 

    HR Ahmad (3365). Isnadnya hasan menurut al-Albani.

 

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah n : “Sungguh aku telah melihat di al-Hijr dan orang-orang Quraisy menanyaiku tentang perjalanan malamku (isra). Mereka menanyaiku tentang hal-hal dari Baitul Maqdis yang tidak kuperhatikan. Maka akupun gelisah dengan kegelisahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.” Beliau bersabda: “Kemudian Allah menampakkan (gambaran Baitul Maqdis) untukku sehingga aku melihat kepadanya. Tidaklah aku ditanya tentang sesuatupun (mengenai Baitul Maqdis) kecuali aku kabarkan hal itu kepada mereka.

 

Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama’ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Syanu’ah. Dan ada pula Isa bin Maryam p sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim p sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata: Wahai Muhammad; ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya. Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam.”

 

    HR Muslim (172), Kitab Iman, Bab Penyebutan al-Masih bin Maryam dan al-Masih ad-Dajjal.

 

Ketika Suku Quraisy mendustakanku [ketika aku diisrakan ke Baitul Maqdis], aku berdiri di al-Hijr. Kemudian Allah menampakkan Baitul Maqdis bagiku. Akupun menerangkan kepada mereka tentang ciri-cirinya sementara aku melihat (penampakan) itu.

 

    HR al-Bukhari (3886) & [4710] – redaksi di atas, Ahmad, al-Baihaqi, at-Tirmidzi, dan an-Nasai dari Jabir. Takhrij hadits dalam Shahih al-Jami’ (II: 5215).

 

  1. Abu Bakar memperoleh julukan ash-Shiddiq

 

Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: “Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?” Dia (Abu Bakar) menjawab: “Apakah ia berkata demikian?” Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: “Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur.” Mereka berkata: “Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?” Dia menjawab: “Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore.” Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).

 

    HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).

 

Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: “Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: “Apakah ia berkata demikian?” Mereka berkata: “Ya.” Dia menjawab: “Sungguh ia telah jujur.” (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: “Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit.” Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq).

     HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61). 

Tinggalkan komentar