Anekdot Partai

…. Korupsi Sapi vs …. Koruptor Semua

Perlu saling mawas diri bagi siapapun yang nanti akan berjuang dalam dunia politik Islam. Konsepsi keterjebakan dalam politik adalah sebuah kepastian yang tidak bisa tidak untuk dihadapi dan dijalani. Apapun partai yang kita jalani bahkan kita yakini kebenarannya semuanya sama saja, disana ada sisi sisi gelap yang kita tidak semua tahu model-model konsep transaksionalnya. Model politik dagang sapi misalnya adalah sebuah kepastian yang pasti akan slalu dilakukan terlepas apakah dilakukan secara ”silent operation” dalam tekhnisnya sehingga seolah itu hanya dilakukan oleh oknum segelintir orang yang memang tidak ada hubungannya sama sekali dengan lembaga bahkan politik yang diyakini suci kebersihannya. Sesekali memang kita harus mencoba belajar untuk melihat kedunia yang lebih luar, dunia yang lebih luar bahkan melihat kedunia yang lebih liar sekalipun. Disana kita akan sangat melihat dengan mata telanjang bahwa pada akhirnya tidak ada lobi politik tanpa transaksional sekelas partai malaikat sekalipun jika pun itu ada semisal. Terlalu jelas bahkan saking jelasnya bagi seorang buta sekalipun akan merasakannya jika saja ia memiliki kepekaan hati nurani tentu yang didasari ilmu ”ilahi”.

Semakin lama partai itu berkuasa maka semakin banyak dan dipastikan bahwa ketersandraan ”korupsi” itu menjadi sebuah baju aqidah bagi siapapun yang pernah menjabat jabatan publik dimasa proses rentang perjalanannya. Bagi arus bawah tentu jawaban jawaban analisis seperti ini sama sekali ”tertabirkan” dengan dalih dalih kemustahilan dan yang semisalnya. Tidak ada yang salah memang akan tetapi rentang waktu kurang dari 15 tahunan jawaban itu akan terakumulasi dengan rentetan catatan KPK yang pada saatnya akan muncul dan mengalir bagaikan penomena gunung es, bagaikan air bah yang mengalir deras tanpa tertahankan. Sudah seharus nya dari sekarang semua mencoba saling menahan diri untuk tidak terlalu larut dalam sistem-sistem kemunafikan politik apapun itu bajunya, berbaju islam ataupun bukan. Melihat skenario yang terjadi terkhusus bagi partai partai berbau islam adalah pengamputasian fungsi dan perannya dari sisi substansi jalannya roda partai yang sudah keluar jalur. Kasus kasus HTI dan juga FPI jilid dua bisa saja terjadi terhadap salah satu partai yang berbasis islam dinegeri ini bahkan mungkin bisa lebih kejam dari tragedi tragedi sebelumnya. Hal yang memang harus dilakukan dan memang sudah dilakukan adalah ”berkamuplase” dalam sistem kemunafikan, hanya itu satu satunya cara untuk meminimalisir berbagai kemungkinan keterjungkalan dikemudian hari minimal untuk eksistensi di tahun 2024 mendatang. Pun berlaku bagi para kontestan partai partai baru baik partai berhaluan konservatif maupun yang moderat sekalipun. Banyak hal sensitif yang sebetulnya sangat bisa dibedah dalam ribuan tulisan seperti ini, namun tentu tidak cukup. Mudah2n kedepan semuanya bisa kembali mencoba membaca wilayah wilayah politik abu bau secara lebih ”gentle”. Kita semua berharap semuanya akan sedikit baik baik saja sehingga segala hal kemungkinan ”kemadaratan” itu bisa diminimalisir secara halus tak kasat mata.

Analisis ini sekali lagi didasarkan untuk menjadi barometer evaluasi bagi siapapun termasuk kita semua didalamnya bahwa data data itu memang terlalu jelas dan termatematiskan dalam bungker-bungker data ‘hardisk’ nasional, tinggal klik membuka maka semuanya tercukupkan dari minimal dua alat bukti ”semua ketersandraan” kita. Teruslah berjuang dengan tetap memperkuat diri untuk selalu menjadi lebih baik dan tentunya lebih bermanfaat bagi siapapun tanpa kecuali, tanpa ada lagi sekat-sekat agama, budaya dan lain sebagainya. Sudah saatnya kita saling bahu membahu dalam kebaikan dan mencoba meminimalisir unsur celah-celah kemadharatan dalam bernegara, sekali lagi dalam bernegara bukan dalam beragama karena dlam bab ini sudah selesai jauh-jauh hari.pent. Mencoba kembali fokus pada kualitas diri dalam rangka berkontribusi positif dalam mewarnai sistem tata kelola kepartaian yang kita kini masing masing sudah berada didalamnya. Saling menjaga dalam kebhinakaan partai adalah lebih utama dari hanya sekedar saling sikut dalam ”internal” partai hanya demi sebuah materi duniawi yang berbau busuk ”bangkai” semata. Jadilah manusia manusia yang berkapasitas bukan obesitas dalam pemikiran apalagi overlintas sesat dalam pemikiran berpolitik. Tetaplah berada dijalur nilai-nilai dasar prinsipil ajaran agamanya masing-masing yang suci. Semoga apapun dinamika perbedaan sudut pandang politik selama didunia ini, kita akan tetap berkumpul dalam Jannah_Nya kelak. Amien. Beri’dadlah selalu setiap saat dalam kita berpolitik praktis di negeri ini apalah lagi 13 tahun kedepan sistem perpolitikan ini akan mengalami ”turbulensi” yang diluar nalar logika berfikir sehat kita. Semoga semuanya akan baik baik saja pada akhirnya. Insya Allah. Wallahu’alam