Sebuah Perjalanan

Dibulan Juli 2018 tepatnya ditanggal 17 kita menghadiri sebuah pertemuan di daerah Ci sayong tepatnya di pesantren Albadar. Sebuah pertemuan yang seharusnya ku ikuti ke tiga kalinya, namun takdir berkehendak lain, banyak hal yang pada akhirnya di saat itu aku menghadiri atas inisiatif teman teman seperjuangan pula. Sebuah kronologi pembahasan yang tidak biasanya dibedah disitu. Pada awalnya pembahasan itu tentu bernuansa provokatip, fitnah dan juga mungkin sentimen sentimen yang mengakar. Pemateri seolah sengaja untuk memancing dinamika perdebatan itu, tidak sedikit para peserta yang terbelalak dan juga menyikapinya dengan teramat sangat serius. Ada sekitar 179 peserta yang hadir di saat itu dimana semua peserta adalah AI dari sebuah parpol yang pada saat itu jumlah keanggotaan AI nya kisaran 320 an lebih sedikit. ( data lain mengatakan 79 : 213). Banyak hal yang tersingkap disitu, banyak misteri yang tak biasa terjadi disitu. Tabir yang sekiranya tertutup rapat namun pada akhirnya ada celah robekan disana sini yang dibahas disitu. Luar biasa memang pembahasannya, saya sendiri banyak menegelus dada disaat itu, tidak sedikit peserta yang wajahnya memerah, entah karena menahan marah atau apa …sayapun tak tahu jelas pastinya.

Sebuah pembahasan pembanding terkait persekongkolan dari prosses pemecatan seorang FH, itu sub tema inti yang saya fahami dikala itu. banyak data yang diverbalkan disitu dan memang nyata adanya data itu. Sungguh sangat berbeda dengan yang selama ini dijelaskan oleh struktur dikala itu. Walau pembahasan itu lumayan panjang dan mendetail namun tentu tidak sedikit yang meragukan klarifikasi itu.  Terbukti banyak pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan termasuk dari para senior AI dikala itu yang lagi lagi dijawab dengan renyah dan santai. Saya secara pribadipun pada akhirnya menanyak beberapa hal yang selama ini menjadi keraguan keraguan dalam proses dinamika pemecatan FH dikala itu. Jawabannya lagi lagi menyentuh hati nurani dikala itu. Saya masih menahan desahan antara emosi dan jernihnya akal pikiran dikala itu. Selepas season pertama dari pembahasan sungguh sangat bergemuruh para peserta dikala itu, banyak curhatan curhatan keluar baik secara pribadi, pasangan, lembaga, yayasan, kebijakan kebijakan dan yang lainnya. Saya yang dikala itu masih dibilang teramat sangat polospun sungguh menjadi terbelalak mendengan melihat dan merasakan benang kusut dinamika perpolitikan islam dikala itu. Saking banyaknya hal yang hampir membuat kepala ini pecah, sampai sampai beberapa hari saya tidak bisa tidur dan terus memikirkan banyak hal terkait kejanggalan kejanggalan yang selama ini sebetulnya sudah diredam dengan sedemikian rupa oleh para pemangku kebijakan. Tema tema kecil yang lumayan rame memang, disitu ada dibahas terkait : anak emaslah, agen yahudilah, sibotaklah, segi tiga ketersandraaanlah, geng jepanglah, model sistem hara kirilah dan banyak lagi tema tema kecil yang menelisik akal fikiran saya dikala itu.

Selain berdoa dan berikhtiar tentunya, semua keraguan itu lambat laun memang terjawab dengan sendirinya. Dengan banyaknya mengikuti kumpulan ”daurah” dikala itu dengan menghadirkan para pemateri pusat tentunya, telah menambah cakrawala ”kodok dalam tempurung” pecah dengan sendirinya. Dalam perjalannya ada beberapa peserta yang terpental dengan sendirinya, banyak diantara mereka yang tidak percaya dengan apa yang mereka terima dari para nara sumber. Ada yang kembali dengan baik baik, sembunyi sembunyi, ada juga yang malah menjadi informan ”jasus” bagi partai dikala itu. Sebagai orang yang menjadi bagian awal perjalan ini tentu saya tahu betul siapa saja kelompok orang orang yang terus maju pantang mundur, ragu ragu tapi masih mau, ragu ragu dan kembali, yang percaya namun tersandra dengan berbagaimacam hal, ada yang tidak percaya bahkan sampai terbalik menjadi para pembenci. Sebuah perjalanan yang memang penuh dengan intrik ironi yang mengasikan untuk dikenang. Banyak hal yang pada saatnya memang akan terbuka dengan sendirinya meski sedikit demi sedikit tentunya. Paerjalan sungguh sangat melelahkan namun juga mengasikan khusunya bagi para petualang kebenaran yang sejati nan hakiki. Semoga semuanya tetap berada dalam garis kebenaran dalam pola perjuangannya baik itu yang tetap berdiri maupun yang memang berbelok kembali, semuanya tidak ada yang salah memang, semuanya memang sebuah pilihan yang sama sama baiknya meski, tentu ada yang lebih baik pada saatnya nanti. Kita berbeda bukan berarti kita tidak bersaudara, kita punya pilihan bukan berarti harus saling berjauhan, kita bersama dalam baiknya perjuangan  tidaklah harus menjadikan kita bermusuhan. Dunia ini sungguh teramat sangat hina jika itu yang kita jalankan, mudah mudahan semuanya selalu ada dalam  kebaikan hidup dimanapun kita berpijak. Amien. Salam cinta untuk semuanya, Ana Uhibbukum Fillah…Insya Allah