Memahami Dinamika Nya

Masih terus untuk belajar dari segala sesuatunya, banyak hal yang sebetulnya kita berada stagh diposisi kini. Ntah karena takdir semata ataupun terlebih dari daya ubah yang kita miliki yang memang tidak dan belum bisa dimaksimalkan kontribusinya. Banyak orang mengnggap bahwa semua tidaklah terlepas dari roda kehidupan yang terus bergulir silih berganti, tidak ada sesuatu hal yang kebetulan didunia ini, semua tentu sudah berada dalam garis takdirnya hanya saja bagi kita terasa emang semuanya serba ghaib. Sedari kecil kita menjalani hidup seolah mengalir saja bahkan dari zona kampung sekalipun tak pernah terpikirkan untuk bisa berada di kota yang kini kita berada. Pun begitu bahwa lelaki kampung yang jauh dari pola peradaban kini seolah berjibaku tertatih tatih untuk mencoba mengadaptasikan nilai nilai kekampungan dengan kekiniannya. Pemikiran hati yang terlalu polos pun demikian, terus harus terus dituntut untuk mencoba memiliki berbagai kemampuan ”multitasking’ yang terkadang istilahnya saja tak dikenalnya apalagi kandungan makna dan nilai nilai didalamnya. Korban korban bacaan buku itu terkadang menuntut untuk slalu bisa menyesuaikan, banyak ketidak cocokannya jikapun mau dilihat dari kultur yang mewarnai sudut pandang satu dari yang lainnya. Di desa itu tak ada yang berubah sebetulnya hanya kesan kesombongan, acuh tak acuh, so hebat berbakat yang kita telisik lebih jauh dinamika itu yang kini terus berkembang secara signifikan. Kita yang hidup dikota pun demikian seolah mesti menjaga image kultur yang sebetulnya tidaklah penting penting amat. Hanya risau saja sebetulnya jika pun melihat keadaan yang ternyata sudah menjalar kepelosok perkampungan sekalipun. Apa kata dunia, bagaimana hari esok lusa jika semua adab ketimuran itu kini berganti menjadi adab adab kepalsuan yang berbau pencitraaan.

Updating zaman memang seyogyanya membentuk kafasitas kita untuk menjadi lebih dari sebelumnya dan mungkin itu pula yang pada akhirnya titel, gelar, sanjungan dan yang semisalnya telah sedikit banyak mengubah pola sikap dari individual kita sendiri terlepas hal itu disengaja ataupun mungkin emang nalurinya akan slalu seperti itu. Perjalanan usia yang sudah melewati batas setengah dari jatah rata rata masih tetap saja slalu memberikan perenungan tersendiri. Bisakah kita menjadi bagian manusia kontributif yang susbtantif atau jangan jangan keberadaan kita hanyalah assesoris semata yang tak begitu berpengaruh dalam proses dinamikanya. Tetaplah berbuat yang terbaik, berkontributif dalam segala hal yang bernilai kebaikan tentunya. Satu tetes air dari seekor burung yang mencoba memadamkan kobaran api dari seorang Nabi Ibrahim sekalipun tetaplah menjadi penilaian keberpihakan tersendiri disisi tuhannya. Tak ada yang sia sia ternyata selama smua dijalaninya dengan lilllah Insya Allah. Pun demikian walau kafasitas kita berada dibawah rata rata sekalipun tetaplah semua berada dalam takaran porsinya masing masing yang mudah mudahan kelak pada akhirnya bernilai kebaikan pahala yang tuhan lipatkan sehinggga walau terlepas seberapa banyak dan besarnya dosa dosa kita lakukan didunia selama ini tetaplah kita akan dimasukan kedalam surgaNya…Amien. Banyak hal hal yang tak terpikirkan dimasa itu toh kini semua terjalani dengan sendirinya. Banyaknya keterbatasan disana sini tidak menyurutkan penilaian orang bahwa kita seolah cukup menurut pandangan diluar sana, smua serba spekulatif pada akhirnya, semua hanya saling menduga dan mengira ngira pada akhirnya padahal sama saja kalau dilihat dari kacamata objektif disisi yang lain. Ujian demi ujian itu sesuai dengan stratanya ternyata, pun begitu bobot nilainya slalu bergaris lurus dengan itu semua. Benar apa yang dikatakan oleh orang orang luar biasa jaman dahulu kala bahwa perkembangan zaman dimasa yang akan datang akan sebegitu komplek dan luar biasanya meninggalkan konsep dan konteks jaman dahulu kala namun hal yang mesti dipersiapkan pula ketersiapan mental yang mesti diatasa rata rata pula untuk menghadapinya karena jika tidak maka ketergerusan zaman itu akan banyak mematikan pola pikir kemajuan yang selama ini melekat pada diri kita. Kebermanfaatn yang pada akhirnya menjadi patokan prinsip prinsip kini. Tidak ada kata menyerah lagi dalam mengisi sisa sisa hidup yang kini kita jalani, ada banyak ketertinggalan disana sini jikapun kita berevaluasi harian apalagi evaluasi tahunan. Mencoba menjadi terus menjadi baik akan tetap searah dengan berbagai keterujian disana sini, mudah mudahan semua bisa dijalani dengan kemudahan yang diberkati, amien. Doa terbaik pun mesti didawamkan …Allahumma inni as aluka husnul khotimah wa na’udubika suu’ul khotimah…amien yaa mujiibasssailien.

Tinggalkan komentar