Kekacauan Politik Pemikiran

Mengulang beberapa kilas balik kisah nyata sejarah Pergumulan Organisasi, Pilkada, Pilgub dan Pilpres dan yang lainnya. Banyak pencibiran disana sini disaat itu, sumpah serapah merajalela, kutukan demi kutukan menghujam bertubi tubi, cemoohan dan pengkerdilan jati diri memberangus naluri diri. Banyak yang kecewa dan tak sepaham, banyaknya yang hengkang dikala itu terkait ijtihad yang dirasa dan dianggap ”pemikiran politik sesat”. Dikala waktu itu kita memilih bercampur dengan kelamnya alam pemikiran, kita mencebur didalam pekatnya lumpur yang membau menyengat. Bergumul dengan komunitas orang yang dianggap perusak sendi tatanan kehidupan, bercengkrama manis dengan orang orang yang dianggap super atheis sejati. Hampir semuanya mengutuk tindakan itu, men”cap” liberal komunis pada waktu itu, pemikiran sesat nan terselubung.

Ketika pernah memegang pimpinan KAMMI tingkat kampus dikala itu, dalam kesempatan audiensi sekaligus evaluasi kinerja bidang hampir semua ”akhwat” dikala itu mengajukan protes yang super keras bahkan hampir setengahnya menyatakan keluar jika sikap dan prilaku saya tetap seperti itu. Tidak dipungkiri bahwa dikala itu rutinitas harian sebagai ketua komsat lebih banyak dihabiskan bersilaturahim, bergaul, bermalam bersama dengan semua unsur organisasi yang lainnya. HMI dan PMII itu yang paling kentara diwaktu itu. Kelamnya pergaulan dimasa dinamika organisasi sedikit banyak telah menjadikan renungan tersendiri tentunya. Banyak celah celah keterjebakan yang bisa membunuh karir itu sudah pasti dikala itu. Semua dijalani bak air mengalir dengan pondasi sekemampuan diri tentunya. Stigma bahwa mereka orang kotor, mereka anti beribadah, mereka tidak soleh, mereka menyimpang dan ratusan landihan yang sejenis, satu persatu saya luruskan dikala itu meskipun tentu dengan presprektik kontruksi pemikiran versi kemahasiswaan. Mereka marah mendengarnya, mereka wolkout pada akhirnya. Saya hanya katakan ”pada waktunya apa yang kau benci akan kau pahami sebagai sebuah bukti” mudah-mudahan kalian tetap saling mencintai akan artinya sebuah warna warni pelangi kehidupan. Banyak akhwat memilih menikah dengan orang kaya tho, yang lain menikah dengan orang tampan tho, menikah dengan pejabat, menikah dengan tokoh tho…mereka beralasan bahwa itu lebih menjamin dari pada menikah dengan mahasiswa kere’ yang untuk sekadar kuliah saja begitu terseok seok hanyut dalam kondisi ketersulitan yang teramat sangat mengkhawatirkan. Lalu apakah mereka bahagia ? saya rasa 97% justru berbicara sebaliknya, mayoritas KDRT dan orang ketiga…tapi ya sudahlah.

Dalam dunia organisasi sempat saya katakan bahwa pada masanya (2007 dikala itu) cantolan Forum SPP ini (yaitu PDIP) akan menjadi besar dan menguasai negeri ini dengan berbagai macam dinamika tentunya, banyak teman organisasi apalagi murabbi yang mengutuku dengan sebenci bencinya dikala itu sampai hampir saja disuruh disahadat ulang tentang jati diri keimananku dikala itu. Ku hanya tersenyum dikala itu. Aku pernah terlibat dengan mereka jauh sebelum terlibat dengan komunitas yang mengatasnamakan ”islam”. Bersahadat ulanglah kamu (itu yang kudengar). maka 7 tahun kemudian 2014 – sekarang itu menjadi kenyataan pada akhirnya, tapi sayang mereka semakin membenciku…tidaklah menjadi masalah semoga saja mereka bisa menyadarinya dan tentunya mengambil hikmah kebaikan didalamnya.

Ketika masa pilkada DKI Jokowi-Ahok begitupun sama . Waktu itu terjadi diskursus disebuah mesjid ikhwah. Semua merasa yakin 1100% bahwa HNW pasti jadi menjadi gubernur dengan prosentase diatas 78%. Hanya aku yang tidak setuju bahkan aku merasa yakin bahwa joko-Btp lah yang akan jadi. Semua mempertanyakan keyakinanku dikala itu, ”ente harus istighfar”, ”ente terlalu bodoh untuk masalah ini, jangan so menjadi orang tolol dalam politik, kami ini orang jakarta asli jauh lebih tahu tentang politik jakarta” ….oohhh. Lalu merekapun dengan kepedean yang super sekali melanjutkan diskursus uforianya. Apa yang terjadi dikemudian hari ternyata merekapun semakin membenciku bahkan menganggap bahwa pemikiranku sudah kotor nan sesat dengan mendukungnya joko-btp padahal dari hati yang paling dalam aku selalu mengatakan bahwa itu asumsiku saja berdasar hasil survey teman seperjuangan yang pada waktu itu menjadi tim sukses joko-btp.

Dalam perjalanan pilkada Kota Tasikmalaya, sama hampir 17 kali pertanyaan. Intinya satu bahwa Budi-Yusuf akan menjadi pemenang. Dengan arogansi dan kepedeean yang didasari amarah yang membuncah. Semua mengekerdilkan pemikiranku dukala itu, ”entemah terlalu tolol tanpa otak kalau ngomong” , ”entemah otaknya sudah terkunci dengan kejumudan pemikiran”, ”kasian, analisa ente terlalu bodoh untuk dipercaya, kami teramat sangat yakin kalau Dede – Asep pasti pemenangnya dan ente harus tobat-sahadat kalau besok Dede -Asep pemenangnya”. Saya tersenyum dan hanya bisa mengatakan jangankan tobat verbal, digantungpun saya siap kalau bahwa Budi lah yang akan menjadi pemenang-,tentu berdasar data survey 7 bulan terakhir baik dengan tim sukses lawan bahkan kawan sendiri. Apa yang terjadi, ya memang benar Budi menjadi pemenang dan lagi lagi mereka semua semakin membenciku dikala itu, tapi biarlah semoga mereka pada akhirnya memahami akan hakekat diri.

Adapun dalam pilpres 2014 yang lalu lebih tragis lagi, mereka menganggap bahwa darahku terhalalkan, pemikiranku tersesatkan. Bahkan ada sebagian yang cenderung meyakini bahwa aku tetesan agen yahudi yang pasti kebenarannya. Dikala itu aku mengatakan bahwa apapun yang terjadi pilpres ini tetap akan dimenangkan oleh jokowi-JK, terlepas manipulasi dan dinamika kecurangan-kecurangan yang lainnya. Dataku hanya berdasar negosiasi antara LBP dan PS dikala itu, bahwa intinya pertarungan ini adalah formalitas semata, bertarung untuk kalah, bertarung hanya semata untuk mendapatkan materi yang melimpah bagi si kalah. Apa yang terjadi semua menyumpah serapahi aku dan mereka menganggap bahwa pemikiranku benar benar sudah rusak stadium IV, ”pemikiran ente sudah kacau-turun mesin parah”, ”ente bener bener sudah gila dan kacau balau- mustahil itu semua terjadi”. hemmmm….mudah2n saja hipotesa saya salah (dikala itu). Apa yang terjadi ? …. dengan berbagai macam dalih rasionalitas mereka tetap membela dan meyakini bahwa PS-SU adalah pemenangnya meski realkitasnya berkata lain-hingga sekarang tentunya. Entah karena malu atau gengsi atau apalah namanya kini mereka tak lagi mau bertemu denganku bahkan kata temen deket, mendengar namaku saja mereka tak sudi, bahkan mereka merasa sangat bahagia uforia ketika kini aku sudah tidak lagi diwadah yang sama dengan mereka, aku sudah tidak serah lagi dengan mereka. Ntahlah yang ku dengar mereka slalu menjelek-jelekanku bahkan sebagian mengutuku dengan keras bahwa pemikiran hipotesaku benar benar ”tersesat campur paur dengan kepentingan agen yahudi laknatullah”. hemmm. Seandainya mereka tahu bahwa pilpres 2024 nanti akan jauh lebih menghebohkan dan akan menjadi surviv tercacat nan terparah dalam sejarah tersendiri bagi para pejuang hati yang selalu menjust paling benar, merasa paling hebat, merasa paling super power, mudah2n mereka semua kembali menyadari bahwa ini semua hanyalah permainan duniawi yang teramat sangat kerdil untuk dibesar besarkan. Terimakasih untuk semua kebencian kebenciannya selama ini, mdh2n ini menjadi ladang pahala bagiku. camkamlah bahwa sampai kapanpun saya tetap mencintai kalian karena Allah. Insya Allah. barokallahu lakum fiii khoerin.

Tinggalkan komentar